Hanya ada di Gubuk Rondha bersama Anang NingNong NingGung

Sabtu, 11 Juni 2011

semut dan belalang...

Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas.

Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.

"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"

"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."

Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut,
"Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.


Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

sebuah rasa...

" Teman anda tiba-tiba menghampiri tempat anda belajar, dan memungut sebatang pensilmu yang patah. Pintanya, “Boleh aku pinjam ini?” Anda yang sibuk dengan kerjaan anda hanya menengok sekelebat dan berkata, “Ambil saja !”

Setelah itu anda lupa akan kejadian tersebut selamanya.

Padahal bagi teman anda, pensil patah tersebut amat berharga demi pengerjaan tugasnya.... "

Tahukah anda, bagaimana “rasa” sebuah ketulusan?
Setiap dari kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan setulus murni.
Namun, tak banyak yang mampu memahaminya.

Karena ketulusan bukanlah rasa, apalagi untuk dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda mempersilakan teman anda mengambil pensil patah tadi.
Tak ada sedikitpun rasa keberatan.
Tiada sedikitpun permintaan terima kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa. Semuanya lenyap dalam ketulusan.

Sayangnya tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini seperti pensil patah tadi. Sehingga selalu ada keberatan atau berjasa saat kita saling berbagi. Sayangnya, tidak mudah juga bagi kita untuk bersibuk-sibuk pada keadaan diri sendiri, sehingga pensil patah pun tampak bagai pena emas.


Janganlah ingat-ingat perbuatan baik kita...
Kebaikan yg kita letakkan dlm ingatan bagaikan debu yg tertiup angin..

*_^